Setelah Planer Mars, Jupiter, Saturnus dan Pluto Nasa kembali berfokus untuk mempersiapkan sebuah proyek yang besar yang mana mereka akan mengeksplorasi planet Uranus dan Neptunus.
Proyek ini sebenarnya sudah direncanakan pada September 2015 baru dapat direalisasikan sekarang.
Bagaimanapun juga, NASA harus menggagas sejumlah inovasi teknologi yang mempuni agar pesawat diluar angkasa bias terbang sampai ke orbit planet berjuluk “Planet Kekasih” tersebut.
Kalau dihitung dari ekspedisi Uranus dan Neptunus baru dapat dimulai pada tahun 2030. Itupun baru Planet Uranus.
Sementara itu untuk Uranus, Kemungkinan besar akan dimulai pada sekitar pertengahan 2030 atau bias jadi 2040.
Menurut informasi yang ada tujuan ekspedisi dilakukan tidak lain untuk memantau ekosistem kedua planet tersebut.
Tidak hanya itu, Badan Antariksa Amerika Serikat juga menginginkan mencari tahu tentang material planet yang terbuat ddari apa, serta komposisi atmosfer yang telah melapisi planet tersebut.
Ilmuwan NASA juga sangat berharap ekspedisi ini bias meneliti planet secara keseluruhan jika proses penelitian telah rampung, barulah mereka dapat menyimpulkan seperti apa kontribusi dari kedua planet ini terhadap Tata Surya.
Secara mekanisme, NASA akan mengirim probe atau pesawat kecil untuk terjun langsung kedalam atmosfer planet dan mengambil sampel gas yang terkandung. Sama seperti ekspedisi planet lain, probe akan mengirim data sampel yang telah di ambil dan dibawa ke Bumi untuk diteliti lebih dalam.
Rancang Pesawat Antarksa
Untuk kesiapan wahana ekspedisi, Nasa kini sedang melakukan penelitian di jet Propulsion Laboratory (JPL) untuk merancang pesawat antariksa Planet Uranus dan Planet Neptunus, yang akan selesai pada tahun 2030.
Kendala pertama yang dihadapi adalah proses pembuatan pesawat ini memakan dana penelitian dan pengembangan, yang diprediksi bias US$ 2 Miliar atau sekitar Rp 28 triliun.
Jika dibandingkan dengan misi NASA sebelumnya, contohnya Discovery atau New Frontier, misi ekspedisi di Uranus dan Neptunus ini justru akan memakan biaya yang lebih besar.
Rencana penerbangan pesawat antariksa oleh NASA ini untuk mempelajari dengan mendalam tentang Planet Uranus dan Neptunus.
Namun hal ini baru dapat direlisasikan sekarang. Karena NASA terbentur banyak masalah dan juga menantikan dukungan dana yang besar.
Selain soal dana, misi ekspedisi menuju dua planet ini juga terhalang oleh persoalan persediaan Plutonium sebagai penunjang bahan bakar untuk pesawat antariksa.
Sampai saat ini Ilmuwan Cuma bias berspekulasi, bahwa Planet Uranus dan Neptunus terdiri dari bebatuan, es, dan ammonia. Sehingga planet ini kerap dapat julukan sebagai planet es raksasa.
Proyek ini sebenarnya sudah direncanakan pada September 2015 baru dapat direalisasikan sekarang.
Bagaimanapun juga, NASA harus menggagas sejumlah inovasi teknologi yang mempuni agar pesawat diluar angkasa bias terbang sampai ke orbit planet berjuluk “Planet Kekasih” tersebut.
Kalau dihitung dari ekspedisi Uranus dan Neptunus baru dapat dimulai pada tahun 2030. Itupun baru Planet Uranus.
Sementara itu untuk Uranus, Kemungkinan besar akan dimulai pada sekitar pertengahan 2030 atau bias jadi 2040.
Menurut informasi yang ada tujuan ekspedisi dilakukan tidak lain untuk memantau ekosistem kedua planet tersebut.
Tidak hanya itu, Badan Antariksa Amerika Serikat juga menginginkan mencari tahu tentang material planet yang terbuat ddari apa, serta komposisi atmosfer yang telah melapisi planet tersebut.
Ilmuwan NASA juga sangat berharap ekspedisi ini bias meneliti planet secara keseluruhan jika proses penelitian telah rampung, barulah mereka dapat menyimpulkan seperti apa kontribusi dari kedua planet ini terhadap Tata Surya.
Secara mekanisme, NASA akan mengirim probe atau pesawat kecil untuk terjun langsung kedalam atmosfer planet dan mengambil sampel gas yang terkandung. Sama seperti ekspedisi planet lain, probe akan mengirim data sampel yang telah di ambil dan dibawa ke Bumi untuk diteliti lebih dalam.
Rancang Pesawat Antarksa
Untuk kesiapan wahana ekspedisi, Nasa kini sedang melakukan penelitian di jet Propulsion Laboratory (JPL) untuk merancang pesawat antariksa Planet Uranus dan Planet Neptunus, yang akan selesai pada tahun 2030.
Kendala pertama yang dihadapi adalah proses pembuatan pesawat ini memakan dana penelitian dan pengembangan, yang diprediksi bias US$ 2 Miliar atau sekitar Rp 28 triliun.
Jika dibandingkan dengan misi NASA sebelumnya, contohnya Discovery atau New Frontier, misi ekspedisi di Uranus dan Neptunus ini justru akan memakan biaya yang lebih besar.
Rencana penerbangan pesawat antariksa oleh NASA ini untuk mempelajari dengan mendalam tentang Planet Uranus dan Neptunus.
Namun hal ini baru dapat direlisasikan sekarang. Karena NASA terbentur banyak masalah dan juga menantikan dukungan dana yang besar.
Selain soal dana, misi ekspedisi menuju dua planet ini juga terhalang oleh persoalan persediaan Plutonium sebagai penunjang bahan bakar untuk pesawat antariksa.
Sampai saat ini Ilmuwan Cuma bias berspekulasi, bahwa Planet Uranus dan Neptunus terdiri dari bebatuan, es, dan ammonia. Sehingga planet ini kerap dapat julukan sebagai planet es raksasa.
0 comments:
Post a Comment